Minggu, 04 Juli 2010

Bisnis e-Book Store di Indonesia

Bisnis e-Book Store di Indonesia

Pengunjung mencoba eReaders yang berfungsi untuk mengakses buku elektronik di gerai papataka.com, Jakarta Book Fair 2010, di Istora Senayan Jakarta, Minggu (4/7/2010). Buku elektronik atau e-book diperkirakan akan menjadi sebuah peluang bisnis baru dalam lingkup kemajuan industri teknologi komunikasi informasi. E-book akan menjadi bagian penting dalam pengembangan usaha dot-com di seluruh dunia.

Hadirnya Papataka.com sebagai e-book store pertama yang menggunakan Digital Rights Management (DRM) merupakan sebuah sinyal bahwa industri ini merupakan bisnis yang menjanjikan di kemudian hari. Sebagai pemain pertama di bidang tersebut di Indonesia, Papataka.com juga masih terbilang fresh karena baru dirilis pada bulan Juni 2010.

“Kita baru saja rilis dengan model bisnisnya mencontoh dari Amazon yang mengeluarkan Amazon Kindle,” ujar pemilik Papataka.com, An Kaliman, Minggu (4/7/2010), di Jakarta. Namun, jika Amazon memiliki eReaders sendiri yang dinamakan Amazon Kindle untuk setiap e-book yang dijualnya, Papataka.com masih menggunakan eReaders dari produk luar seperti iRiver dari Korea dan Cybook dari Prancis.

An Kaliman melihat bahwa bisnis e-book store ini cukup menjanjikan karena sifat e-book itu sendiri yang mengutamakan kepraktisan. Selain itu, perkembangan teknologi juga yang kemudian menciptakan eReaders untuk membaca e-Book, yang tentunya mendukung industri ini.

“Respon yang diterima masyarakat juga sangat positif karena untuk buku impor harganya sangat mahal. Tapi e-book yang dijual di Papataka, harganya lebih murah 20 persen dari harga buku di toko,” ujarnya kepada Kompas.com.

Selain itu, ke depannya, e-Book tidak lagi akan dijual secara keseluruhan dalam satu e-book atau cover to cover, melainkan dipecah menjadi per bab. “Ini menguntungkan pembaca karena bisa melakukan preview sebelum membeli secara penuh. Kalau tidak suka, ia bisa batal membeli,” ungkap An Kaliman.

Selain itu, Papataka.com juga akan menambah koleksi e-book dengan menggandeng penerbit lokal. “Kita sudah coba mendekati publisher lokal, tapi mereka masih wait and see,” An menjelaskan.

Apabila bisnis ini nyatanya menguntungkan publisher, bukan tidak mungkin di kemudian hari penerbit lokal pun akan mulai merambah pasar e-book. Bisnis e-book store ini juga terbilang tidak segmented. “Kita tidak menargetkan market tertentu, karena siapa saja bisa baca e-book. Apalagi orang punya laptop sudah banyak,” ujar An.

Namun, An juga menjelaskan bahwa ada dua tantangan dalam menjalankan bisnis ini yakni masalah hardware pendukung. “Hardware eReaders sekarang masih mahal, tapi saya lihat dua tahun mendatang harga eReader akan semakin menurun,” ujarnya.

Sedangkan masalah lainnya, bisnis e-book store juga terkendala pengetahuan masyarakat akan e-book. An beralasan, “Banyak orang belum paham apa itu e-book dan bagaimana manfaatnya.”

Adapun meski bisa terbilang baru di tanah air, e-book store dengan DRM ini sebenarnya sudah berkembang pesat di dunia barat. Kehadiran Amazon Kindle dan Apple iPad semakin membuktikan bahwa bisnis e-book menjadi lahan potensial untuk digarap. [kompas]

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting